polres-serkot.id – Kabut Asap Diwali selimuti kota-kota India, khususnya New Delhi, pasca-festival Diwali pada 21 Oktober 2025. Kabut kuning kecoklatan akibat kembang api dan pembakaran sisa panen tebalkan udara, picu AQI 442 dan PM2.5 488 µg/m³, 40 kali batas WHO. Jarak pandang turun ke 500 meter, ganggu transportasi dan kesehatan. Artikel ini ulas Kabut Asap Diwali, penyebab, dampak, dan mitigasi, berdasarkan IQAir, CNN, dan X (24 Oktober 2025, 12:38 WIB).
Penyebab Kabut Asap Diwali
Pertama-tama, kembang api Diwali 2025 langgar aturan hijau. Selain itu, pembakaran sisa panen di Punjab dan Haryana tambah polusi. Dengan demikian, AQI Delhi capai 442 pada 22 Oktober, kategori berbahaya. Oleh karena itu, Kabut Asap Diwali jadi krisis tahunan terburuk.
Data Kualitas Udara
Selanjutnya, IQAir laporkan PM2.5 Delhi 488 µg/m³, 40x batas WHO 10 µg/m³. Selain itu, AQI 442, jauh di atas batas sehat 50. Untuk itu, kota lain seperti Lahore catat AQI 234. Dengan demikian, Kabut Asap Diwali burukkan kualitas udara regional.
Dampak Kesehatan dan Ekonomi
Lebih lanjut, kabut picu asma, bronkitis, hingga risiko kanker paru. Selain itu, anak-anak dan lansia paling rentan. Untuk itu, penerbangan delay, sekolah tutup, rugi ekonomi Rp 1 triliun/hari. Dengan demikian, krisis ini bebankan masyarakat.
Upaya Mitigasi Pemerintah
Kemudian, Mahkamah Agung izinkan kembang api rendah emisi. Selain itu, GRAP-2 batasi kendaraan dan aktifkan anti-smog gun. Untuk itu, AQI turun ke 353 pada 23 Oktober. Dengan demikian, langkah ini kurangi dampak polusi.
Tips Hadapi Polusi Diwali
Terakhir, gunakan masker N95 di luar ruangan. Selain itu, pasang air purifier di rumah. Untuk itu, pantau AQI via IQAir atau tagar #DiwaliPollution di X. Dengan demikian, lindungi kesehatan dari polusi.
Kesimpulan
Kabut Asap Diwali tebalkan Delhi dengan PM2.5 40x batas WHO. Oleh karena itu, kembang api dan pembakaran sisa panen harus dikendalikan. Dengan demikian, dukung mitigasi pemerintah. Pantau update Kabut Asap Diwali!
