polres-serkot.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,06 persen ke level 7.590 pada awal perdagangan Senin (1/9/2025), di tengah aksi unjuk rasa yang memicu ketidakpastian pasar. Kerusuhan domestik dan faktor teknikal mendorong pelemahan ini. Artikel ini mengulas kronologi, penyebab, dan dampaknya, merujuk.Lihat juga Berita Pasar Saham Indonesia.
IHSG Anjlok: Kronologi Perdagangan
Pada pukul 09.00 WIB, IHSG anjlok 239,84 poin atau 3,06 persen ke level 7.590, menurut data RTI Infokom. Indeks dibuka di 7.620, naik tipis ke 7.622, lalu merosot ke titik terendah 7.547. Sebanyak 627 saham ambruk, hanya 16 saham menguat, dan 30 saham stagnan. Transaksi mencapai Rp3,08 triliun dengan volume perdagangan 3,64 miliar saham, menurut Bisnis.com.
Investor lokal membeli 43,9 miliar saham dan menjual 43,2 miliar saham. Investor asing membeli 7,7 miliar saham, tetapi menjual 8,4 miliar saham, menghasilkan net sell. Tekanan jual dari kedua pihak memperparah penurunan pasar.
Faktor Penyebab Pelemahan IHSG
Kerusuhan dan demonstrasi di berbagai daerah memicu IHSG anjlok, karena investor mengurangi aktivitas belanja saham akibat ketidakpastian politik. Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas Indonesia menyoroti keluarnya dana asing Rp1,1 triliun pada Jumat (29/8/2025) dan pelemahan rupiah ke Rp16.400 per dolar AS, level tertinggi sejak awal Agustus 2025, sebagai pemicu utama, menurut CNN Indonesia.
Selain itu, data inflasi Agustus 2025 yang diperkirakan 2,4 persen tahunan dan S&P PMI manufaktur di zona kontraksi menambah tekanan. Dengan demikian, ketidakpastian ini mendorong sikap hati-hati di kalangan investor, menurut Tempo.
Analisis Teknis dan Sentimen Pasar
William Hartanto dari WH-Project menjelaskan bahwa IHSG anjlok setelah gagal menembus level 8.000 dua kali, membentuk pola teknikal double top yang menandakan potensi penurunan lebih lanjut. “Kegagalan menembus 8.000 dan aksi demo memperburuk sentimen pasar,” ujarnya. Oktavianus memprediksi IHSG bergerak mixed cenderung melemah di rentang support 7.745 dan resistance 7.920 pada 1 September 2025.
Pelemahan rupiah dan capital outflow asing meningkatkan tekanan. Oleh karena itu, pasar saham Indonesia menghadapi tantangan besar akibat faktor teknikal dan fundamental, menurut Detik.
Dampak terhadap Investor dan Ekonomi
IHSG anjlok mengurangi kepercayaan investor. Aksi jual masif dari investor lokal dan asing menunjukkan sikap wait-and-see di tengah ketidakpastian politik. Penurunan ini berpotensi memengaruhi ekonomi, terutama jika capital outflow berlanjut. Rupiah yang melemah ke Rp16.400 meningkatkan biaya impor, yang dapat mendorong inflasi melebihi perkiraan 2,4 persen, menurut Kompas.
Selain itu, sektor manufaktur, yang masih dalam zona kontraksi berdasarkan S&P PMI, mungkin kesulitan mendapatkan pendanaan. Karenanya, stabilitas politik menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan pasar.
Rekomendasi untuk Investor
Investor sebaiknya menerapkan strategi wait-and-see sambil memantau perkembangan politik. Misalnya, eskalasi kerusuhan dapat memperpanjang tekanan pada IHSG, sedangkan stabilisasi politik mungkin memicu rebound. Oktavianus menyarankan fokus pada saham defensif di sektor konsumen primer yang tahan volatilitas. Selain itu, diversifikasi ke aset safe-haven seperti emas dapat mengurangi risiko, menurut Bisnis.com.
Kesimpulan
IHSG anjlok 3,06 persen ke 7.590 pada 1 September 2025 akibat kerusuhan domestik, pelemahan rupiah, dan pola teknikal double top. Ketidakpastian politik dan data makroekonomi yang lemah memperburuk sentimen pasar. Pemerintah perlu mengatasi instabilitas untuk memulihkan kepercayaan investor. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Berita Pasar Saham Indonesia atau Analisis Ekonomi Indonesia.