0 0
Berita Internasional

Hamas Bantah Klaim Pembunuhan Khalil al-Haya di Turki

bantah klaim pembunuhan
0 0
Read Time:3 Minute, 20 Second

polres-serkot.id – Hamas dengan tegas membantah laporan yang menyebutkan adanya upaya pembunuhan terhadap Khalil al-Haya, anggota biro politik dan kepala delegasi negosiasi mereka, di Turki. Bantahan ini menegaskan bahwa klaim tersebut adalah bagian dari perang psikologis Israel untuk melemahkan kepercayaan rakyat Palestina terhadap pemimpinnya. Artikel ini mengulas pernyataan Hamas bantah klaim pembunuhan, konteks rumor tersebut, dan posisi Turki sebagai tempat perlindungan bagi pemimpin Hamas.

Hamas Bantah Klaim Pembunuhan dengan Tegas

Pada 27 Agustus 2025, Hamas menepis laporan yang menyebutkan bahwa Khalil al-Haya menjadi sasaran upaya pembunuhan di Turki. Dalam pernyataan yang dikutip media Palestina, sumber Hamas menyebut klaim tersebut sebagai “rumor palsu” yang merupakan bagian dari “perang psikologis dan media” yang dilancarkan Israel terhadap rakyat Palestina dan pemimpin mereka. “Rumor ini adalah senjata kaum lemah. Upaya seperti ini tidak akan menggoyahkan kepercayaan rakyat kepada kepemimpinan kami,” tegas sumber tersebut, dikutip dari Middle East Monitor.

Hamas menegaskan bahwa sikap teguh Khalil al-Haya dan rekan-rekannya dalam perjuangan Palestina tetap tidak tergoyahkan. Ini bukan pertama kalinya rumor serupa muncul. Pada Juni 2025, Hamas juga membantah klaim serupa tentang upaya pembunuhan al-Haya di Qatar, menegaskan bahwa laporan tersebut adalah “propaganda Zionis” yang bertujuan mengacaukannya.

Konteks Rumor dan Peran Khalil al-Haya

Klaim tentang upaya pembunuhan berasal dari platform berbahasa Ibrani yang menyebarkan laporan bahwa al-Haya telah tewas di Turki. Namun, Hamas menegaskan bahwa informasi tersebut tidak berdasar dan merupakan bagian dari strategi untuk melemahkan moral rakyat Palestina. Khalil al-Haya, yang menjabat sebagai anggota biro politik Hamas dan kepala delegasi negosiasi, adalah figur kunci dalam organisasi ini. Ia terlibat dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel dan dikenal karena sikapnya yang keras terhadap pendudukan Israel, termasuk pernyataannya bahwa Hamas bertujuan untuk “mengusir Israel” dari wilayah Palestina.

Sejak kematian Yahya Sinwar pada Oktober 2024, al-Haya menjadi salah satu kandidat kuat untuk memimpin biro politik Hamas. Ia juga memimpin sayap militer Hamas, Izz ad-Din al-Qassam Brigades, sejak Desember 2024, menjadikannya target strategis bagi Israel. Namun, Hamas menegaskan bahwa al-Haya tetap aman dan terus menjalankan tugasnya, didukung oleh perlindungan Turki terhadap pemimpin organisasi tersebut.

Perlindungan Turki dan Situasi Geopolitik

Turki telah lama menjadi tempat aman bagi pemimpin Hamas, termasuk al-Haya, yang sering bepergian ke negara ini untuk urusan diplomatik. Presiden Recep Tayyip Erdogan dikenal sebagai pendukung Hamas, menyebutnya sebagai “gerakan pembebasan” dan sering mengkritik Israel. Meski Turki meningkatkan hubungan dengan Israel sejak 2022, negara ini tetap menjadi basis penting bagi aktivitas politik dan finansial Hamas, termasuk untuk anggota seperti Zaher Jabarin, yang terlibat dalam pengelolaan dana organisasi.

Laporan tentang upaya pembunuhan al-Haya muncul di tengah ketegangan regional yang meningkat, terutama setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pada Juli 2024 dan Yahya Sinwar di Gaza pada Oktober 2024. Hamas menuduh Israel berada di balik kampanye disinformasi ini untuk mengganggu stabilitas internal organisasi dan hubungannya dengan sekutu seperti Turki dan Qatar.

Implikasi dan Respons Hamas

Hamas bantah klaim pembunuhan dengan menegaskan bahwa rumor tersebut tidak hanya salah, tetapi juga gagal menggoyahkan komitmen rakyat Palestina terhadap perjuangan mereka. “Rakyat kami terbiasa bangkit lebih kuat dari kampanye semacam ini,” ujar sumber Hamas. Pernyataan ini mencerminkan strategi Hamas untuk mempertahankan narasi ketahanan di tengah tekanan eksternal, termasuk operasi militer Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 51.000 orang sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan setempat.

Hamas juga menyerukan kepada media dan pengguna media sosial untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, menuduh bahwa rumor ini adalah bagian dari “propaganda Zionis” untuk melemahkan perjuangan mereka. Penolakan ini sejalan dengan bantahan sebelumnya terhadap rumor serupa, seperti di Qatar pada Juni 2025, yang juga disebut sebagai upaya destabilisasi.

Penutup

Hamas bantah klaim pembunuhan Khalil al-Haya di Turki, menegaskan bahwa rumor tersebut adalah bagian dari perang psikologis Israel untuk melemahkan organisasi dan rakyat Palestina. Dengan perlindungan Turki dan komitmen kuat al-Haya dalam perjuangan, Hamas tetap teguh pada posisinya. Situasi ini menyoroti kompleksitas konflik Palestina-Israel dan pentingnya verifikasi informasi di tengah narasi yang saling bertentangan. Mari dukung upaya perdamaian dan kebenaran dalam menyikapi isu sensitif ini.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %