Transplantasi paru-paru babi ke manusia mencatat sejarah baru di China pada Mei 2024. Tim ahli bedah di Guangzhou Medical University berhasil menanamkan paru-paru dari babi yang dimodifikasi genetik ke pasien yang mengalami kematian otak. Paru-paru tersebut berfungsi selama sembilan hari, menandai langkah besar dalam xenotransplantasi, teknik untuk mengatasi krisis kekurangan organ. Menurut Nature Medicine, operasi ini menjadi tonggak menuju uji klinis. Simak detailnya, merujuk The Guardian dan sumber terpercaya lainnya. Lihat juga Perkembangan Xenotransplantasi 2025.
Transplantasi Paru-paru Babi: Prosedur dan Temuan
Tim di Guangzhou Medical University melakukan transplantasi paru-paru babi pada 15 Mei 2024, seperti dilaporkan Stat News. Mereka menggunakan paru-paru kiri dari babi Bama Xiang yang dimodifikasi dengan enam edit genetik melalui CRISPR untuk mengurangi risiko penolakan imun. Pasien, pria berusia 39 tahun yang dinyatakan mati otak akibat perdarahan otak, menerima organ ini dengan persetujuan keluarga.
Temuan Utama:
- Paru-paru berfungsi selama 216 jam (9 hari) tanpa penolakan hiperakut.
- Edema (pembengkakan) muncul pada hari pertama akibat cedera iskemik-reperfusi.
- Penolakan akibat antibodi terjadi pada hari ketiga dan keenam, dengan pemulihan parsial pada hari kesembilan.
Selain itu, tim menggunakan obat imunosupresan seperti rituximab dan eculizumab untuk mengelola respons imun. Oleh karena itu, paru-paru tetap hidup meski mengalami kerusakan. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan potensi xenotransplantasi. Misalnya, hasilnya membuka jalan bagi studi lebih lanjut.
Tantangan Xenotransplantasi Paru-paru
Paru-paru merupakan organ kompleks untuk ditransplantasikan, seperti dijelaskan CNN. Paparan udara luar membuat paru-paru rentan terhadap infeksi dan respons imun. Menurut National Geographic, tantangan utama meliputi penolakan imun dan kerusakan jaringan.
Tantangan Utama:
- Respons imun tinggi karena paru-paru berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
- Edema akibat cedera selama prosedur.
- Kebutuhan modifikasi genetik lebih lanjut untuk mencegah penolakan.
Akibatnya, peneliti menghentikan percobaan pada hari kesembilan atas permintaan keluarga pasien. Oleh karena itu, uji coba lebih panjang diperlukan. Dengan demikian, xenotransplantasi paru-paru belum siap untuk klinis. Lihat Tantangan Transplantasi Organ.
Krisis Kekurangan Organ dan Xenotransplantasi
Krisis kekurangan organ mendorong perkembangan xenotransplantasi. Menurut Live Science, hanya 10% kebutuhan transplantasi global terpenuhi, dengan 103.000 orang di AS menunggu organ pada 2024. Xenotransplantasi, seperti transplantasi paru-paru babi, menawarkan solusi potensial.
Fakta Krisis Organ:
- 8.236 transplantasi paru-paru dilakukan global pada 2024.
- 13 orang meninggal setiap hari di AS menunggu organ.
- Organ babi dimodifikasi untuk menyerupai organ manusia.
Selain itu, perusahaan seperti eGenesis dan Clonorgan Biotechnology mengembangkan babi dengan modifikasi genetik. Oleh karena itu, organ babi lebih kompatibel dengan manusia. Dengan demikian, xenotransplantasi mendekati uji klinis. Misalnya, transplantasi ginjal dan hati babi telah berhasil diuji.
Peran Modifikasi Genetik dalam Transplantasi
Modifikasi genetik menjadi kunci keberhasilan transplantasi paru-paru babi. Menurut The Guardian, babi Bama Xiang menerima tiga gen manusia untuk mencegah penolakan dan tiga gen babi dinonaktifkan untuk menghilangkan antigen pemicu imun.
Modifikasi Genetik:
- Menonaktifkan gen babi yang memicu penolakan hiperakut.
- Menambahkan gen manusia untuk mengurangi peradangan.
- Menggunakan CRISPR untuk presisi pengeditan gen.
Misalnya, Clonorgan Biotechnology memastikan babi bebas dari virus babi (PERV). Akibatnya, risiko infeksi menurun. Oleh karena itu, modifikasi genetik meningkatkan keberhasilan transplantasi. Dengan demikian, teknologi ini mempercepat kemajuan xenotransplantasi.
Implikasi Etis dan Masa Depan Xenotransplantasi
Xenotransplantasi, termasuk transplantasi paru-paru babi, memunculkan pertanyaan etis. Menurut National Geographic, isu meliputi kesejahteraan hewan dan penggunaan pasien mati otak untuk uji coba. Insoo Hyun dari Harvard Medical School menyoroti potensi sistem dua tingkat, di mana organ manusia diutamakan.
Isu Etis:
- Pemeliharaan babi hanya untuk organ.
- Persetujuan etis pada pasien mati otak.
- Potensi ketimpangan akses organ.
Selain itu, peneliti menekankan perlunya uji coba lebih lama. Oleh karena itu, uji klinis pada pasien hidup masih jauh. Dengan demikian, kolaborasi ilmiah dan etis diperlukan. Lihat Etika Xenotransplantasi.
Langkah Menuju Uji Klinis
Keberhasilan transplantasi paru-paru babi di China menjadi langkah awal. Menurut Nature Medicine, penelitian ini memberikan wawasan tentang respons imun dan kebutuhan modifikasi genetik lebih lanjut. Namun, para ahli seperti Dr. Adam Griesemer menegaskan bahwa transplantasi sembilan hari belum cukup untuk penggunaan klinis.
Langkah Berikutnya:
- Menguji paru-paru babi pada primata non-manusia.
- Mengoptimalkan obat imunosupresan.
- Melakukan uji coba lebih lama pada pasien mati otak.
Misalnya, penelitian di AS oleh eGenesis fokus pada transplantasi ginjal dan hati. Akibatnya, data dari China memperkuat upaya global. Oleh karena itu, xenotransplantasi mendekati kenyataan. Dengan demikian, krisis kekurangan organ dapat teratasi.
Kesimpulan
Transplantasi paru-paru babi ke manusia di China pada 2025 menandai sejarah xenotransplantasi. Paru-paru berfungsi selama sembilan hari, tetapi tantangan seperti penolakan imun tetap ada. Modifikasi genetik dan regulasi ketat menjadi kunci.