0 0
Berita Internasional

Pabrik Senjata Iran: Pengakuan di Luar Negeri Pasca-Perang

pabrik senjata Iran
0 0
Read Time:4 Minute, 20 Second

polres-serkot.id – Dua bulan setelah gencatan senjata usai perang 12 hari melawan Israel pada Juni 2025, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh mengungkapkan kemajuan signifikan dalam program pertahanan negara. Ia mengakui keberadaan pabrik senjata Iran di beberapa negara asing, meskipun detail lokasi belum diungkap. Pengakuan ini menandai langkah baru dalam strategi militer Iran, yang sebelumnya bergantung pada produksi domestik. Nasirzadeh juga menekankan pergeseran prioritas pasca-konflik, termasuk penguatan rudal balistik. Untuk itu, artikel ini membahas pengakuan pabrik senjata Iran, dampak perang terhadap program nuklir, dan kontroversi kembalinya inspektur IAEA.

Pengakuan Pabrik Senjata Iran di Luar Negeri

Iran telah membangun infrastruktur produksi senjata di beberapa negara, menurut pernyataan Nasirzadeh dalam wawancara televisi pada 23 Agustus 2025. “Kami telah mendirikan pabrik senjata Iran di beberapa negara, tapi untuk saat ini kami tidak akan mengungkap nama-namanya,” katanya, seperti dilaporkan Iran International. Fasilitas ini kemungkinan akan diresmikan secara resmi dalam waktu dekat, meskipun lokasi tetap rahasia untuk alasan keamanan. Langkah ini merupakan respons terhadap sanksi AS sejak 1979, yang membatasi akses Iran terhadap senjata modern, sehingga mendorong ketergantungan pada desain domestik dan adaptasi sistem lama.

Dengan demikian, pabrik senjata Iran ini memperkuat rantai pasok militer, memungkinkan produksi rudal dan peralatan lain di luar jangkauan sanksi. Nasirzadeh menambahkan bahwa pengembangan rudal tetap prioritas utama, dengan uji coba warhead baru yang lebih canggih dan manuverable. Contohnya, rudal Qassem Basir, dengan jangkauan 1.200 km, disebut sebagai senjata paling presisi Iran, yang tidak digunakan selama perang. Hal ini menunjukkan strategi Iran untuk menahan kemampuan unggulan guna menghadapi ancaman masa depan.

Dampak Perang terhadap Program Rudal Iran

Perang 12 hari dimulai pada 13 Juni 2025, ketika Israel menyerang fasilitas nuklir dan militer Iran, membunuh komandan senior dan ilmuwan. Iran membalas dengan serangan rudal dan drone, yang sebagian besar dicegat oleh pertahanan Israel dengan bantuan AS. Nasirzadeh mengklaim kemenangan, menyatakan bahwa jika konflik berlangsung 15 hari, Israel tidak akan mampu mencegat rudal Iran. “Pada hari-hari awal, 40% rudal kami dicegat, tapi di akhir perang, 90% mencapai target,” ujarnya, menurut Economic Times.

Meskipun Israel melaporkan tingkat intersepsi 90%, Nasirzadeh menekankan bahwa pengalaman Iran meningkat, sementara pertahanan Israel melemah. Untuk itu, pasca-perang, Iran menguji rudal hipersonik dan manuverable yang bisa menghindari sistem seperti Iron Dome dan THAAD. Latihan angkatan laut pada 21 Agustus 2025, termasuk tembakan rudal jelajah di Teluk Oman, menunjukkan kesiapan. Nasirzadeh memperingatkan bahwa negara lemah tidak akan bertahan di era sekarang, menekankan perlunya kekuatan militer di samping ekonomi.

Kontroversi Kembalinya Inspektur IAEA

Kembalinya inspektur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) ke Iran memicu reaksi keras dari anggota parlemen konservatif. Pada Juni 2025, parlemen menyetujui undang-undang menangguhkan kerjasama dengan IAEA setelah serangan AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir. Amir Hossein Sabeti, anggota parlemen, menuduh inspektur sebagai mata-mata yang menyamar, yang memberikan informasi kepada AS dan Israel sebelum perang, menyebabkan kematian 10 ilmuwan nuklir. “Belum dua bulan setelah parlemen menyetujui undang-undang penangguhan, mata-mata IAEA datang lagi,” katanya.

Sabeti merujuk pernyataan Ali Larijani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, yang mengkritik kepala IAEA Rafael Grossi: “Anda bilang kami akan urus Grossi nanti, tapi sekarang Grossi yang mengurus kami.” Kantor berita Fars, dekat Garda Revolusi, menyerukan peninjauan ulang keputusan. Meskipun Menteri Luar Negeri menyatakan keputusan disetujui Dewan Keamanan, anggota oposisi menyebutnya ilegal. Dengan demikian, tuduhan spionase ini memperburuk ketegangan, di mana IAEA kesulitan memverifikasi stok uranium yang diperkaya.

Dominasi Rudal Balistik dalam Strategi Iran

Program rudal Iran mendominasi diskusi pasca-perang, dengan Nasirzadeh menekankan bahwa tanpa kemampuan rudal, gencatan senjata tidak akan tercapai. “Gencatan senjata berlanjut sampai kami menyerah,” tegasnya. Iran mengklaim telah menembus pertahanan multi-lapis Israel, meskipun laporan AS menyatakan serangan hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan. Latihan bersama dengan Rusia, seperti Casarex 2025 di Laut Kaspia, memperkuat kolaborasi.

Selain itu, Iran menguji warhead baru yang tahan perang elektronik. Dengan demikian, pengakuan pabrik senjata Iran mendukung ambisi ini, memungkinkan produksi di luar negeri untuk menghindari sanksi. Namun, Israel dan AS menganggap ini ancaman eksistensial, dengan Netanyahu menyatakan serangan menghapus ancaman nuklir Iran.

Peluang dan Tantangan Program Militer Iran

Pengakuan pabrik senjata Iran membuka peluang ekspansi, tapi tantangan tetap ada. Sanksi membatasi impor, sehingga produksi luar negeri krusial. Nasirzadeh menyatakan prioritas bergeser pasca-perang, fokus pada perbaikan Garda Revolusi. Namun, tuduhan IAEA sebagai spionase menghambat verifikasi internasional, berpotensi memicu sanksi baru.

Untuk mengatasi, Iran memanfaatkan aliansi dengan Rusia dan China untuk teknologi. Parlemen mendukung percepatan program nuklir sipil, tapi skeptis terhadap inspektur. Dengan demikian, pabrik senjata Iran menjadi simbol ketahanan, tapi juga pemicu ketegangan regional.

Strategi Diplomasi dan Militer Pasca-Perang

Iran menerapkan strategi ganda: diplomasi dan militer. Meskipun menolak negosiasi langsung dengan AS, Tehran siap bicara melalui mediator. Nasirzadeh memperingatkan serangan balasan terhadap basis AS jika konflik pecah. Latihan “Sustainable Power 1404” menunjukkan kesiapan.

Sebagai contoh, uji coba rudal jelajah pada Agustus 2025 membuktikan kemampuan. Dengan demikian, strategi ini efektif mencegah agresi, sambil membangun deterrence.

Masa Depan Pabrik Senjata Iran dan Nuklir

Pengakuan pabrik senjata Iran bukan akhir, tapi awal ekspansi. Nasirzadeh menekankan inovasi berkelanjutan. Pemerintah AS di bawah Trump menuntut nol pengayaan uranium, tapi Iran menolak. Kolaborasi dengan sekutu kuatkan posisi.

Konflik ini ajarkan pentingnya keseimbangan kekuatan. Dengan regulasi ketat, Iran bisa maju tanpa provokasi. Dengan demikian, pabrik senjata Iran simbol ketahanan, dorong perdamaian melalui kekuatan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %