0 0
Berita Internasional

Gunung Es A23a Pecah 2025: Dampak Mengerikan Lingkungan

Gunung Es A23a pecah
0 0
Read Time:2 Minute, 52 Second

polres-serkot.id Gunung Es A23a pecah menjadi sorotan dunia setelah laporan British Antarctic Survey (BAS) pada September 2025 mengungkap kehancuran megaberg ini di perairan Antartika. Awalnya berbobot 1,1 triliun ton dan seluas 3.672 km², A23a kini menyusut menjadi 1.700 km². Dengan demikian, fenomena ini memicu kekhawatiran ilmuwan tentang dampak lingkungan laut, terutama di wilayah South Georgia. Artikel ini mengulas proses pecahnya A23a, dampak ekologis, dan kaitannya dengan krisis iklim global.

Gunung Es A23a Pecah: Proses dan Penyebab

Gunung Es A23a, yang terlepas dari lapisan es Filchner-Ronne pada 1986, terjebak di dasar Laut Weddell selama lebih dari tiga dekade. Pada 2020, mencairnya bagian bawah es memungkinkan A23a bergerak, terbawa arus kuat Southern Antarctic Circumpolar Current Front (SACCF). Namun, pada Maret 2025, A23a kandas di landas kontinen dekat Pulau South Georgia. Selanjutnya, sejak Mei 2025, megaberg ini mulai pecah cepat, melepaskan potongan besar yang diklasifikasikan sebagai gunung es baru oleh US National Ice Center. “A23a pecah dengan cepat, menghasilkan bongkahan besar,” ujar oseanografer BAS Andrew Meijers. Tempo.co

Dampak Ekologis pada Ekosistem Laut

Gunung Es A23a pecah menimbulkan ancaman signifikan bagi ekosistem laut. Tim BAS dari kapal riset RRS Sir David Attenborough mengambil sampel di sekitar A23a saat terjebak di South Georgia. Untuk itu, analisis di Inggris sedang dilakukan untuk mengevaluasi dampaknya. “Pelepasan air tawar dalam jumlah besar kemungkinan mengganggu organisme dasar laut dan perairan sekitar,” kata juru bicara BAS. Selain itu, perubahan salinitas dan suhu laut dapat mengancam koloni penguin dan anjing laut di South Georgia, yang merupakan habitat lebih dari 2 juta penguin. Oleh sebab itu, pemantauan intensif diperlukan. Konteks.co.id

Kaitan dengan Krisis Iklim Global

Peningkatan suhu air laut akibat pemanasan global mempercepat kehancuran A23a. Dengan kata lain, musim semi di belahan Bumi selatan pada 2025 memicu pencairan lebih lanjut. Meijers memprediksi bahwa A23a akan terus terpecah menjadi potongan kecil dalam beberapa minggu, kehilangan statusnya sebagai gunung es terbesar kedua. Sementara itu, gelar gunung es terbesar kini dipegang D15a, yang lebih stabil di pesisir Antartika dekat Pangkalan Davis, Australia. Akibatnya, fenomena ini menegaskan dampak krisis iklim terhadap lapisan es Antartika. CNBC Indonesia

Ancaman bagi Pelayaran dan Satwa Liar

Gunung Es A23a pecah juga membahayakan pelayaran. NASA melaporkan ribuan pecahan es, beberapa sepanjang 1 km, berserakan di Laut Scotia, menciptakan “ladang ranjau es” yang mengancam kapal. Salah satu pecahan besar, A23c, seluas 130 km², kini melayang ke selatan. Selain itu, pecahan ini dapat mengganggu jalur makan penguin dan anjing laut di South Georgia, seperti yang terjadi pada 2004 akibat gunung es A38. Untuk itu, BAS menekankan pentingnya mempelajari dampak megaberg untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa depan. Kompas.com

Langkah ke Depan dan Upaya Penelitian

Para ilmuwan BAS terus memantau A23a untuk memahami efek jangka panjangnya. Dengan demikian, data dari sampel air dan es akan membantu merumuskan strategi pelestarian ekosistem Antartika. Selain itu, peningkatan frekuensi pecahnya gunung es akibat pemanasan global mendorong urgensi tindakan global. Oleh karena itu, kolaborasi internasional diperlukan untuk mengurangi emisi karbon dan melindungi kawasan kutub. Dengan kata lain, kejadian ini menjadi peringatan akan kerentanan lingkungan laut terhadap krisis iklim.

Kesimpulan

Gunung Es A23a pecah pada 2025 menandai akhir perjalanan megaberg terbesar kedua di dunia, sekaligus memicu kekhawatiran akan dampak lingkungan. Pencairan cepat akibat krisis iklim mengganggu ekosistem laut dan pelayaran di South Georgia. Untuk itu, ilmuwan menyerukan penelitian lebih lanjut dan tindakan global untuk melindungi Antartika. Akibatnya, fenomena ini menjadi pengingat mendesak akan pentingnya menangani pemanasan global demi menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %