polres-serkot.id – Houthi serang kapal tanker di Laut Merah pada Senin (1/9/2025), menyusul kematian perdana menteri mereka akibat serangan udara Israel. Kelompok Houthi menargetkan kapal berbendera Liberia, Scarlet Ray, yang mereka klaim milik Israel. Aksi ini meningkatkan ketegangan di jalur perdagangan global. Artikel ini mengulas kronologi, respons dunia, dan dampaknya, merujuk Business Standard. Lihat juga Berita Konflik Timur Tengah.
Houthi Serang Kapal Tanker: Kronologi
Houthi menembakkan rudal balistik ke Scarlet Ray di Laut Merah, mengklaim serangan mengenai sasaran secara langsung. Juru bicara militer Houthi, Brigjen Yahya Saree, menyebut kapal itu milik Israel, menurut Al Bawaba. Namun, United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO) melaporkan rudal meleset, dengan awak kapal mendengar ledakan dan melihat cipratan air di dekat kapal. “Seluruh kru selamat, dan kapal melanjutkan perjalanan,” ujar UKMTO. Ambrey, perusahaan keamanan maritim, mengonfirmasi Scarlet Ray dimiliki Eastern Pacific Shipping, perusahaan milik miliarder Israel Idan Ofer.
Serangan ini terjadi setelah Israel menewaskan perdana menteri Houthi, Ahmed Ghaleb Nasser al-Rahawi, dan sejumlah pejabat pada 29 Agustus 2025. Houthi sebelumnya menenggelamkan dua kapal tanker pada Juli 2025, menunjukkan eskalasi aksi mereka, menurut Reuters.
Respons Dunia terhadap Serangan
Houthi serang kapal tanker memicu kecaman internasional. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan Houthi membebaskan 11 staf PBB yang ditahan pada 31 Agustus 2025, sehari setelah pengumuman kematian perdana menteri mereka. Penahanan terjadi saat Houthi menyerbu kantor PBB di Sanaa, menurut BBC. Utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, menyatakan Houthi telah menahan 23 personel PBB sejak 2021 dan 2023, dengan tuduhan mereka bagian dari “jaringan mata-mata Amerika-Israel” di bawah kedok kemanusiaan. PBB membantah tuduhan ini.
AS dan Inggris, yang memimpin Operasi Prosperity Guardian untuk melindungi pelayaran di Laut Merah, mengutuk serangan ini. Houthi telah menyerang lebih dari 100 kapal sejak November 2023, menewaskan delapan pelaut dan menenggelamkan empat kapal, menurut NPR.
Penahanan Staf PBB oleh Houthi
Houthi menahan 11 staf PBB di Sanaa pada 31 Agustus 2025, menambah daftar 23 personel yang ditahan sejak 2021. Mereka mengklaim aksi ini menargetkan “jaringan mata-mata” yang menyamar sebagai pekerja kemanusiaan. PBB menegaskan tuduhan itu tidak berdasar. António Guterres menyerukan pembebasan tanpa syarat, sementara Hans Grundberg memperingatkan penahanan ini memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.
Dampak Serangan terhadap Perdagangan Global
Houthi serang kapal tanker mengganggu jalur perdagangan Laut Merah, yang menangani 12% perdagangan dunia, termasuk minyak dan gas. Serangan sejak Oktober 2023 mengurangi lalu lintas kapal di Terusan Suez dari 2.068 pada November 2023 menjadi 877 pada Oktober 2024, menurut Wikipedia. Perusahaan seperti Shell menangguhkan pengiriman melalui rute ini, memilih Tanjung Harapan yang menambah 11.000 mil laut dan biaya hingga US$1 juta per perjalanan.
Eskalasi ini memengaruhi harga barang global. Pada Februari 2024, biaya sewa kontainer di Inggris naik 300%. Dengan demikian, Houthi serang kapal tanker memperburuk ketidakstabilan ekonomi di tengah konflik Gaza.
Rekomendasi dan Langkah ke Depan
Komunitas internasional harus memperkuat keamanan maritim di Laut Merah. Operasi Prosperity Guardian perlu melibatkan lebih banyak negara, seperti Arab Saudi dan UEA. Selain itu, dialog diplomatik dengan Iran, pendukung Houthi, dapat meredakan ketegangan. Misalnya, negosiasi untuk membebaskan staf PBB bisa menjadi langkah awal. Oleh karena itu, PBB dan negara Barat harus mendorong solusi damai sambil menjaga tekanan militer.
Kesimpulan
Houthi serang kapal tanker Scarlet Ray di Laut Merah pada 1 September 2025 menunjukkan eskalasi konflik pasca-serangan Israel. Meski rudal meleset, aksi ini dan penahanan staf PBB memperburuk ketegangan regional. Dunia perlu memperkuat keamanan maritim dan diplomasi untuk menjaga stabilitas perdagangan global. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Berita Konflik Timur Tengah atau Analisis Keamanan Global.