0 0
Berita Internasional

Aliansi Militer Islam: Urgensi dan Tantangan

aliansi militer Islam
0 0
Read Time:3 Minute, 8 Second

polres-serkot.id – Pembentukan aliansi militer Islam semakin mendesak di tengah ketegangan regional, terutama setelah tindakan Israel di Gaza dan Qatar. Usulan ini digaungkan oleh Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani dan didukung Mesir, yang menginginkan model pertahanan kolektif mirip NATO. Apa yang mendorong gagasan ini, dan apa saja tantangannya? Berikut lima fakta penting yang perlu diketahui.

1. Ketegangan Regional Memicu Usulan

Tindakan Israel, termasuk serangan udara di Doha yang menewaskan lima anggota Hamas dan seorang petugas keamanan Qatar, menjadi pemicu utama. Al-Sudani menyebut serangan ini sebagai pelanggaran hukum internasional yang mengancam stabilitas kawasan. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, ia menyerukan negara-negara Islam untuk membentuk aliansi militer Islam guna melindungi kepentingan bersama. Serangan ini terjadi saat para pemimpin Hamas membahas proposal perdamaian AS untuk Gaza, di mana lebih dari 64.800 warga Palestina telah tewas sejak Oktober 2023. Qatar, sebagai mediator kunci bersama Mesir dan AS, mengutuk tindakan Israel sebagai “pengecut” dan menyerukan respons kolektif.

2. Mengonsolidasikan Kekuatan Militer Arab

Irak menegaskan bahwa dunia Islam memiliki sumber daya untuk menghadapi ancaman eksternal. Al-Sudani memperingatkan bahwa agresi Israel tidak akan terbatas pada Qatar, merujuk pada kekerasan berkelanjutan di Gaza. Aliansi militer Islam diharapkan dapat menggabungkan kekuatan militer negara-negara Arab untuk menciptakan pertahanan yang kuat. Pertemuan menteri luar negeri Arab dan Islam di Doha menjadi langkah awal untuk membahas kerangka kerja politik, keamanan, dan ekonomi yang terintegrasi. Mesir, sebagai pendukung utama, mengusulkan pasukan reaksi cepat yang dapat dikerahkan untuk melindungi negara anggota yang terancam.

3. Model NATO untuk Dunia Arab

Mesir mengusulkan aliansi militer Islam yang terinspirasi dari struktur NATO, dengan fokus pada pertahanan kolektif. Menurut laporan media seperti Al-Akhbar dan Al-Quds Al-Arabi, Kairo ingin membentuk pasukan gabungan yang dipimpin oleh perwira bintang empat Mesir, dengan kontribusi sekitar 20.000 pasukan dari Mesir sendiri. Arab Saudi diharapkan menjadi mitra utama. Aliansi ini tidak dimaksudkan untuk memicu eskalasi, melainkan sebagai payung pertahanan bagi negara-negara Arab. Diskusi saat ini berfokus pada struktur operasional, dengan mempertimbangkan kapasitas militer dan dinamika politik regional.

4. Gagasan yang Kembali Digaungkan

Ide aliansi militer Islam bukanlah hal baru. Sekitar satu dekade lalu, gagasan serupa pernah diusulkan namun gagal terwujud karena kurangnya dukungan. Serangan Israel baru-baru ini di Qatar menghidupkan kembali urgensi ini. Mesir kini gencar mencari dukungan dari negara-negara seperti Maroko dan Aljazair untuk memperkuat inisiatif ini. Menurut sumber Al-Akhbar, aliansi ini harus mencerminkan komposisi demografis dan militer negara anggota, sembari menyeimbangkan kepentingan politik regional. Fleksibilitas dalam pengerahan pasukan menjadi salah satu poin kunci dalam perencanaan.

5. Mesir Berambisi Memimpin

Mesir ingin memainkan peran sentral dalam aliansi militer Islam, dengan Kairo mengincar posisi komando tertinggi. Arab Saudi atau negara Teluk lain diharapkan mengisi posisi kedua. Langkah ini menunjukkan ambisi Mesir untuk menjadi pusat keamanan regional, sekaligus memperkuat hubungan dengan monarki Teluk. Meskipun diskusi masih berlangsung, urgensi pembentukan aliansi ini meningkat setelah serangan di Doha. Namun, tantangan tetap ada, termasuk perbedaan kepentingan politik dan logistik pengelolaan pasukan multinasional.

Tantangan dan Kritik

Pembentukan aliansi militer Islam tidak lepas dari hambatan. Yair Lapid, pemimpin oposisi Israel, mengkritik usulan ini sebagai ancaman terhadap kerangka perdamaian seperti Perjanjian Abraham. Ia menyebutnya “pukulan telak” bagi hubungan diplomatik Israel dengan negara-negara Arab. Selain itu, menyatukan negara-negara dengan kepentingan politik yang beragam, seperti Aljazair dan Arab Saudi, memerlukan negosiasi yang rumit. Logistik, pendanaan, dan pembagian komando juga menjadi isu krusial yang harus diselesaikan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Aman

Usulan aliansi militer Islam mencerminkan kebutuhan mendesak untuk menjaga stabilitas kawasan di tengah ancaman eksternal. Dengan Mesir dan Irak sebagai penggerak utama, inisiatif ini dapat mengubah dinamika keamanan di dunia Arab. Namun, keberhasilannya tergantung pada kemampuan negara-negara anggota untuk menyamakan visi dan mengatasi tantangan operasional. Pertemuan puncak di Doha menjadi langkah awal menuju pembentukan aliansi yang mampu menjawab tantangan zaman.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %